Akhir-akhir ini saya lagi belajar untuk melepaskan hal-hal yang menurut saya udah nggak penting lah atau bukan urusan saya, tapi namanya juga manusia ya, kadang kita sulit melepas hal-hal yang sudah melekat dengan diri kita. 


Kadang satu tarikan napas dalam sambil bilang “yaudahlah”, “bodo amat deh” atau “aku nggak peduli, bukan urusan gue” itu sedikit mengurangi beban masalah yang sebenarnya bukan masalah, melainkan ego kita untuk diakui, divalidasi, atau diterima oleh orang lain.

Menjalani hidup dengan bodo amat adalah salah satu cara mudah untuk melepaskan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu kita genggam terlalu kuat, seperti memaksa penilaian orang lain terhadap diri kita harus selalu bagus, dan lainnya. 

Bodo amat ini juga bisa bermakna biarkan saja. Berdasarkan perspektif psikologis dan perilaku, bodo amat beririsan dengan konsep seperti penerimaan psychological flexibility, dan detasemen emosional. Adapun manfaatnya untuk kesejahteraan mental namun ada risikonya juga jika berlebihan yakni bisa menjadi apatisme patologis atau pengabaian tanggung jawab sosial.

Memang benar, bodo amat bisa menjadi penegasan batas diri dari tekanan sosial tapi juga bisa menjadi tanda apatisme. Karena adanya variasi konteks ini sehingga perlu dibedakan ya antara bodo amat adaptif (pilih prioritas; melepas hal yang tidak produktif) dari bodo amat maladaptif (penghindaran terhadap masalah yang memerlukan tindakan).

Manfaat Potensial dari Menerapkan Bodo Amat Secara Adaptif

Ada beberapa manfaat potensial dari menerapkan bodo amat secara adaptif seperti pengurangan stres dan ruminasi, peningkatan kesejahteraan dan fokus pada nilai, perlindungan terhadap pengaruh sosial negatif.

  • Contoh menerapkan bodo amat yang adaptif misalnya,
  • Kamu nggak peduli atau bodo amat sama masalah hidup orang lain.
  • Kamu nggak peduli atau bodo amat sama penilaian orang lain terhadap dirimu yang hanya berdasarkan persepsi mereka saja. Jika memang nilai tersebut bagus itu bisa menjadi kritik atau pengembangan diri tapi jika tidak ya udah lepasin aja nggak usah dipikirin terlalu dalam.
  • Atau misalnya dalam urusan percintaan seperti putusnya hubungan atau relationship kamu sangat perlu belajar bodo amat untuk melepaskan hal yang bukan milikmu lagi sehingga itu tidak menjadi beban dalam hidupmu.

Konsep bodo amat yang saya inginkan atau saya lakukan di sini adalah saya tidak memperdulikan hal-hal yang menurut saya tidak penting, tidak memiliki makna atau nilai dalam hidup saya, dan tidak ada kebaikannya. 

Lalu bagaimana dengan batasan agar bodo amat tidak menjadi masalah?

Bodo amat yang dilakukan secara berlebihan atau ekstrem juga bisa menimbulkan masalah ya teman-teman. Apa aja sih batasannya?

Misalnya kalau bodo amat ini berubah menjadi penghindaran berkepanjangan ini bisa membuat kamu jadi apatis dan penurunan fungsi adaptif serta keluar dari tanggung jawab profesional. Lalu bodo amat ini juga bisa jadi masalah untuk perilaku yang sebetulnya memerlukan tindakan seperti kesehatan, keselamatan, kewajiban hukum dan lainnya. Pantes aja jika ada masalah yang seperti itu kamu harus mencari solusinya bukan meninggalkannya atau bersikap bodo amat.

Terus Gimana Ya Menerapkan Bodo Amat Dengan Bijak?

  • Seleksi yang sadar: Latih kebiasaan menanyakan: Apakah ini sesuai dengan nilai dan tujuan jangka panjang saya? Jika tidak, memberi izin untuk tidak memikirkan/menindaklanjuti hal tersebut. (Prinsip ACT: values-guided action). (Source PMC)
  • Pemusatan perhatian (mindful disengagement): Gunakan teknik mindfulness singkat untuk mengenali dorongan ruminatif, kemudian secara sengaja mengalihkan fokus ke tugas bernilai. (Source: PMC)
  • Pemrosesan bila perlu: Pisahkan antara “melepaskan” dengan “mengabaikan masalah yang butuh solusi”. Jika masalah penting, gunakan pemecahan masalah proaktif atau cari dukungan.
  • Batasi permanen—jangan jadi pola: Monitor apakah bodo amat menjadi pola penghindaran — perhatikan tanda seperti penurunan motivasi kronis, isolasi sosial, atau gejala depresi; jika muncul, pertimbangkan konsultasi profesional. (Source PMC)

Jadi, bodo amat sebagai sikap bukanlah bermakna tunggal: ia bisa menjadi strategi adaptif untuk merawat kesehatan mental bila digunakan secara selektif, sadar, dan sesuai nilai; namun juga dapat berubah menjadi apatisme yang merugikan bila menjadi mekanisme penghindaran yang tidak dipantau. Kerangka ilmiah seperti psychological flexibility, ACT, dan penelitian mindfulness memberi landasan teoritis untuk memahami kapan dan bagaimana “tidak peduli” bisa berguna. Praktik yang direkomendasikan meliputi seleksi sadar, teknik mindfulness untuk detasemen adaptif, dan kesiapan untuk bertindak saat masa



Post a Comment